Berbelanja saat ini menjadi salah satu
kebiasaan tertentu tidak hanya untuk wanita namun juga pria yang tidak jarang
memberikan kepuasan tersendiri yang berujung pada efek negatif seperti
pemborosan. Bagi pelaku belanja misalnya di toko online terpercaya merupakan
salah satu momen yang paling ditunggu sebab saat hari belanja online nasional
tersebut konsumen akan bisa membeli barang ramadhan sale yang
dijual dengan harga yang jauh lebih murah karena banyaknya promo seperti
potongan harga.
Berdasarkan pada teori psikologis mengenai
perilaku pembeli ataupun pelanggan, terdapat 3 cara pendekatan pokok, yaitu:
- Ekspreimental: Pendekatan ini memusatkan perhatian ke eskistensi
fisiologikal atau pada kebutuhan tubuh sebagai kekuatan yang motivasional
eskperimen.
- Klinikal: Rangsangan yang dimulai dari analisis dasar sebab
sewaktu-waktu rangsangan tersebut dimodifikasi oleh kekuatan sosial.
- Gestalt: Disebut juga sebagai psikologi sosial yang menganggap
individu dan lingkungannya sebagai keseluruhan yang tidak dapat dibagi dan
perilaku ini mengarah ke berbagai jenis tujuan.
Sayangnya saat Ramadhan sale dengan
banyaknya promo belanja seperti cashback, potongan harga, promo misalnya beli 2 gratis 1 ataupun gratis
ongkos kirim, menyebabkan tidak sedikit konsumen yang gila belanja untuk
menikmati promo tersebut. Gila belanja atau yang biasanya dikenal sebagai
shopaholic ini menderita obsesif kompulsif dimana orang tersebut nyaman jika
mewujudkan keinginannya dengan tindakan yaitu dengan belanja.
Karena saat sale banyak potongan
harga ataupun promo yang lainnya, tidak heran jika ada pelanggan atau pembeli
yang membeli dengan berlebihan. Impulsive buying yang dilakukan oleh konsumen
ini bisa disebabkan karena banyak hal dan salah satu diantaranya adalah tekanan
seperti sedang stress. Jika dilihat dari segi gender, wanita mempunyai tendensi
yang lebih tinggi untuk melakukan impulsive buying dibandingkan dengan pria.
Hal ini disebabkan karena wanita cenderung untuk melakukan sesuatu dengan sisi
emosional dan faktor ‘hubungan dekat’ atau sudah kenal dengan orang yang
menjual barang tersebut sedangkan bagi pria sendiri, mereka cenderung melihat
dan memilih barang yang berguna untuk dirinya sendiri. Jika dilihat dari
rentang usia, usia 18-39 tahun merupakan usia yang rentan untuk mengalami
impulsive buying. Alasannya adalah karena usia muda dinilai merupakan masa
dimana orang tidak merasakan cemas saat menghamburkan uang dan masih memiliki
kontrol diri yang rendah. Tidak heran jika remaja dan ibu rumah tangga lebih
menghabiskan waktunya untuk berbelanja online di saat waktu luang atau saat
ingin sesuatu.
Para peneliti pernah mengungkapkan jika
gejala gila tersebut dapat berujung pada gangguan mental misalnya kehilangan
realitas dan kecemasan. Hal tersebut ditunjukkan dari penelitian yang dilakukan
oleh peneliti yang berasal dari Long Island University yang mengamati perilaku
dari orang yang belanja kala midnight sale. Menurut Noel Hunter yang merupakan
salah satu peneliti yang ikut serta dalam penelitian tersebut mengemukakan jika
diskon yang terjadi dalam waktu yang singkat dapat meningkatkan rasa cemas.
Karena hal tersebut, gejala gangguan mental muncul.
Berdasarkan pada penelitian tersebut, para
peneliti menemukan jika sebanyak 20% dari pengunjung mengalami rasa cemas yang
berlebihan saat berbelanja. Sebanyak 23% dari pengunjung tersebut juga seolah
merasa hilang kesadaran dari dunia nyata dan bahkan hampir 50% pengunjung
kehilangan rasa empati kepada orang lain yang sama-sama melakukan belanja. Jika
dari midnight sale diperoleh hasil yang cukup menunjukkan tanda gangguan
mental, saat Ramadhan sale pun
jika tidak terkontrol, akan berdampak parah bagi mental dan kondisi keuangan
anda.
0 komentar:
Posting Komentar